BANGKAKupuBuku, sebuah organisasi yang bergerak di bidang literasi kepustakaan, akan menjalankan program aktivasi perpustakaan sekolah di Pangkalpinang.

Anak-anak TK Bhayangkari memilih buku untuk dibaca di Mobil Perpustakaan Keliling yang disediakan saat melakukan kunjungan ke Perpustakaan dan Kearsipan Kota Pangkalpinang, Kamis (12/10

Mereka akan mendampingi 10 sekolah dasar di Pangkalpinang melalui tujuh langkah untuk mengaktifkan layanan perpustaakaan.

Relawan KupuBuku di Bangka Belitung, Sapto Siswoyo menuturkan, program ini terselenggara dengan dukungan dari Kedutaan Besar Inggris di Jakarta melalui Chevening Alumni Programme Fund. Sebagai langkah awal, KupuBuku akan mengadakan pertemuan para pihak terkait (stakeholders) di Aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pangkalpinang pada tanggal 31 Juli 2018 nanti

Pertemuan ini mengundang, antara lain: Dinas Pendidikan Kota, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota, kepala-kepala sekolah, serta beberapa perusahaan di Pangkalpinang. “Melalui pertemuan ini, diharapkan kesadaran dari banyak pihak semakin tumbuh untuk mendukung program-program pengembangan perpustakaan sekolah,” kata Sapto melalui rilis yang diterima Bangka Pos, Selasa (24/7/2018).

Dijelaskan, dukungan keuangan dari Kedutaan Besar Inggris di Jakarta untuk program Aktivasi Perpustakaan Sekolah ini masih sangat terbatas. KupuBuku mengalokasikan dukungan tersebut untuk mengadakan pertemuan stakeholders tingkat kota dan tingkat sekolah (Agustus-September 2018), melaksanakan pelatihan kepustakawanan bagi para pengelola perpustakaan sekolah dan beberapa murid (September-Oktober 2018), serta mencetak materi-materi pelatihan.

“Program ini diperkirakan masih perlu dukungan untuk menambah koleksi buku-buku bacaan di perpustakaan sekolah dampingan. Beberapa sekolah juga mungkin membutuhkan dana ekstra untuk renovasi ruang perpustakaan,” katanya.

KupuBuku menyebut, penelitian dari PISA (Programme for International Student Assessment) di tahun 2012 menempatkan budaya literasi baca-tulis di Indonesia masih di urutan ke-64 dari 65 negara. Pada penelitian yang sama, posisi membaca siswa di Indonesia berada pada urutan ke-57 dari 65 negara.

“Meskipun belum ada hasil penelitian yang valid, kita dapat menjumpai kondisi banyak perpustakaan sekolah dasar di Pangkalpinang yang masih jauh dari standar nasional perpustakaan, seperti yang ditetapkan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (2011),” tutur dia dalam rilis tersebut.

Disebutkan, sebagian sekolah, bahkan, tidak memiliki perpustakaan. Kondisi seperti ini tentu sangat ironis mengingat perpustakaan sangat berperan sebagai salah satu pilar peningkatan budaya literasi baca-tulis dan daya saing bangsa.

Kenyataan ini mendorong KupuBuku untuk mengadakan program Aktivasi Perpustakaan SD. (*)

Sumber : tribunnews.com

Silahkan Memberikan pesan / komentar