Jakarta – Tahun 2013 yang lalu, Universitas Leiden merayakan 400 tahun usia Arabic Studies di universsitas tertua di Belanda ini. 6 Februari 1613, seorang linguist berbakat Thomas van Erphe, atau yang lebih dikenal dengan nama latin Erpenius, ditunjuk menjadi ketua program Arabic Studies oleh dewan kota, pemerintah, dan universitas.

Inisiatif untuk mendirikan arabic studies di Universitas Leiden sebetulnya telah diambil pada tahun 1599, ketika Universitas Leiden baru berdiri 24 tahun. Kini, empat ratus tahun setelah berdirinya arabic studies, perkembangan ilmu ini dan perkembangan ilmu Islam di Universitas Leiden terbilang cukup pesat. Jejak-jejak ini bisa kita jumpai di kota Leiden, Belanda.

Jejak Islam di kota ini bisa ditelusuri di sebuah bangunan di jalan Witte Singel. Bangunan di seberang kanal ini adalah perpustakaan pusat Universitas Leiden. Perpustakaan yang dibangun pada tahun 1595 (old library) yang sekarang difungsikan sebagai gedung rektorat. Perpustakaan yang baru kemudian dibangun pada sekitar tahun 1970 agar dapat menampung banyak koleksi buku-buku dan manuskrip serta arsip. Di perpus ini tersimpan lebih dari 6000 manuskrip dari Timur Tengah berbahasa Arab, Persia, dan Turki. Koleksi manuskrip ini dahulunya dikumpulkan oleh ilmuwan yang pernah belajar atau bekerja di Leiden seperti Joseph Justus Scaliger (1540-1609), Jacobus Golius (1596-1667), Levinus Warner (ca. 1618-1665), atau juga seorang ilmuwan yang namanya taka sing di telinga orang Indonesia Christian Snouck Hurgronje (1857-1936).

Koleksi Islami yang unik di perpustakaan ini antara lain Tawq al-hamama fi ‘l-ulfa wa `l-ullaf yang ditulis oleh Ibn Hazm, dari Cordoba. Manuskrip ini berkisah tentang cinta dibalut dengan prosa dan puisi. Koleksi lainnya adalah antara lain berhubungan dengan sejarah Indonesia, surat menyurat antara Snouck Hurgronje dengan koleganya di Jeddah Raden Aboebakar Djajadiningrat. Koleksi-koleksi ini bias dipinjam aslinya di perpustakaan Universitas Leiden.

Jejak Islam selanjutnya di kota ini bisa dilihat di Rembrandt Straat. Di jalan ini terdapat sebuah masjid yang digunakan oleh ummat Islam di kota ini untuk beribadah. Banyak mahasiswa Indonesia yang juga salat di masjid ini. Diberi nama Al-Hijra, masjid ini mengingatkan ummat Islam tentang peristiwa hijrah nabi Muhammad dari kota Mekkah ke kota Medina. Masjid ini dulunya adalah gereja dan terletak tidak jauh dari kampus fakultas humaniora Universitas Leiden. Sekitar tahun 1980an, gereja yang sudah mulai tidak dipakai, dibeli oleh komunitas muslim Maroko di Leiden untuk kemudian dibangun sebuah Masjid. Tidak lama lagi, masjid ini akan ditutup dan umat muslim di kota ini akan memiliki masjid yang lebih besar lagi di daerah Haagweg karena pemerintah kota Leiden akan membangun sebuah masjid yang besar di sana.

Para mahasiswa dan pengajar Islamologi dan Arabic Studies banyak yang menyayangkan pemindahan ini karena masjid yang sekarang letaknya tak jauh dari aktivitas mereka sehari-hari. Al Hijra adalah bukan satu-satunya masjid yang ada di kota Leiden. Masjid Imam Malik dibangun pada tahun 2004 yang awalnya ditujukan untuk komunitas Islam di Leiden bagian utara. Masjid ini terletak di Willem de Zwijgerlaan dan memiliki kapasitas yang lebih besar dibandingkan dengan Masjid Al-Hijra.

Kota Leiden terkenal juga dengan tembok-temboknya yang berpuisi. Banyak tembok-tembok yang dicat dengan bait-bait puisi pujangga terkenal. Proyek penulisan puisi-puisi ini telah dimulai sejak tahun 1992. Dari Indonesia misalnya, puisi “Aku” karya Chairil Anwar terpampang di tembok di salah satu rumah di kota Leiden. Lalu, ada juga puisi-puisi beraksara Arab ataupun bernuansa Islami yang ikut berpose di tembok kota ini. Di jalan papengracht misalnya, terdapat sebuah puisi karya pujangga Siria, Adonis. Puisi yang berjudul Dayâ (Loss) ini terpatri dalam aksara arab dan merupakan puisi nomor 107 yang baru dicat pada tahun 2013 lalu. Adanis, yang bernama asli Ali Ahmed Esber, pernah hidup dalam pembuangan di Paris, Prancis karena dia menulis surat terbuka untuk pemimpin Siria ketika itu. Adonis juga pernah menulis beberapa buku dan karya sastra lainnya.

Jejak Islam yang bisa dikatakan paling menarik di kota Leiden adalah patung dengan sebuah surban di kepala yang terdapat pada bangunan di antara supermarket V&D di kota Leiden. Patung ini diberi nama the Gilded Turk atau Sang Turki Emas. Ukiran patung seorang Turki bersorban menggambarkan bisnis dari sebuah perusahaan tekstil di Leiden dengan pebisnis di Istambul dan daerah Levant lainnya. Patung pria bersorban ini menggambarkan sisi bisnis Leiden yang memproduksi wol dan kemudian berdagang hingga area mediterania. Sang Turki Emas ini sendiri juga merupakan simbol yang digunakan dinasti Turki Usmani untuk berbisnis.

Jejak beikutnya dapat pula dilihat di jalan yang sama dengan Sang Turki Emas. Di bangunan kantor pemerintahan kota Leiden (Stadhuis), terdapat pula arsitektur Islami yang berupa bulan sabit, tepatnya di bagian luar stadhuis. Arsitek bangunan stadhuis yang berdiri di abad 16 ini, memasukkan unsur Islami tersebut secara sengaja. Bulan sabit merujuk pada sea beggars atau bajak laut yang pada abad 16 masehi sering membajak kapal yang lewat di sekitar laut utara Belanda.

Tahun 1572, para pembajak ini secara mengejutkan berhasil menaklukkan pelabuhan di kota Brill, dan kemudian aksi heroik ini dianggap sebagai titik tolak nasionalisme Belanda. Dari sini, perlawanan ke kerajaan Spanyol kemudian melebar sampai ke pembebasan kota Haarlem, Alkmaar, dan juga Leiden. Para “pembajak laut” ini disinyalir memakai simbol bulan sabit di pakaian yang mereka kenakan, dengan motto “Rather Turkish than Papist”. Motto ini mensiratkan bahwa Willem van Oranje (pemimpin pemberontakan Belanda terhadap Spanyol, raja Belanda pertama, seorang pemimpin pemberontak Protestan) memilih lebih baik menjadi jajahan Turki (atau dinasti Turki Usmani) daripada terus menerus dijajah raja Katolik Spanyol yang tidak toleran terhadap Protestan. Untuk berperang dengan Spanyol, pasukan Turki menjadi sekutu pasukan Belanda. Selanjutnya, pasukan Willem van Oranje ini mendapati bahwa orang Turki (Islam) lebih toleran dari Katolik pada masa itu. Simbol bulan sabit dan motto liever Turcx dan Paus hingga saat ini masih bersemayam kalung yang dipakai oleh walikota Leiden di setiap penyelenggaraan hari pembebasan Leiden 3 Oktober.

Jejak berikutnya tidak bisa terlepas dari historiografi Indonesia. Nama seorang profesor yang pernah bertugas di Hindia Belanda, seorang ahli Islam dan studi Arab, Snouck Hurgronje. Rumah Snouck Hugronje berada di jalan Rapenburg 61, Leiden. Snouck mempertahankan desertasinya berjudul Het Mekkaansche feest pada tahun 1880. Snouck pernah berpetualang ke jazirah Arab di sekitar tahun 1884-1885. Tahun 1884, tepatnya bulan Agustus, tokoh kontroversial ini tiba di Jeddah untuk memantau orang Indonesia yang beribadah Haji. Snouck bahkan pernah menjadi mualaf untuk memudahkan dirinya melakukan riset dan menunaikan haji di Mekah. Dia memakai nama Abdul Gafar ketika menjadi seorang muslim. Tahun 1889-1906, Snouck bekerja menjadi penasihat pemerintah untuk urusan Islam di Hindia Belanda. Dia juga pernah menikah dengan dua orang wanita Indonesia. Dengan keahliannya di bidang Islam dan Indonesia, saran-saran Snouck yang diberikan kepada Jendral van Heutz (kemudian menjadi gubernur jendral Hindia Belanda), berhasil membuat Aceh bagian utara takluk pada perang Aceh kedua. Snouck dipanggil kembali ke Belanda untuk menjadi professor di Universitas Leiden di tahun 1906.
Tahun 1936, Snouck meninggal dunia dan dimakamkan di Leiden di pemakaman groenesteeg. Rumah Snouck sendiri hingga kini menjadi milik Universitas Leiden setelah Universitas membeli rumah ini seharga 25.000 gulden.

Leiden yang terkenal melahirkan banyak profesor di bidang Islam dan juga dunia Arab, masih menyimpan jejak-jejak Islam hingga saat ini. Kota yang terkenal dengan universitas tertuanya dan kanal-kanalnya yang indah ini, menyiratkan Islam sebagai agama yang memainkan peranan penting di sejarah peradaban dunia.

Sumber: detik.com

One thought on “Menyusuri Jejak Islam di Leiden, dari Bangunan Sejarah Hingga Puisi di Dinding

  1. Saya mohon nama tokoh raden rangga martayuda demang batu sirap di daerah tjisalak ,sejak raden rangga martayuda 1790-1856 tokoh asli pribumi yg memimpin wilayah sebelum belanda resmi menjajah .mohon informasi hofland pengusaha kopi belanda yg berhasil berkuasa di p&t land sampai kesuksesanmu gemilang sampai thn 1870.

Silahkan Memberikan pesan / komentar